BisnisUmum

Durian Beku Indonesia Tembus Pasar China, Barantin Lepas Ekspor Perdana 48 Ton

375
×

Durian Beku Indonesia Tembus Pasar China, Barantin Lepas Ekspor Perdana 48 Ton

Sebarkan artikel ini
Foto Istimewa

JATIMPLUS.COM – Durian beku Indonesia resmi menembus pasar Tiongkok. Badan Karantina Indonesia (Barantin) melepas ekspor perdana durian beku sebanyak 48 ton dengan nilai mencapai Rp 5,1 miliar. Pelepasan dilakukan di Bogor, Senin (15/12/2025).

Durian beku tersebut dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Qingdao, China. Barantin menyebut ekspor ini sebagai tonggak penting setelah melalui proses negosiasi dan pemenuhan persyaratan teknis yang berlangsung hampir dua tahun.

Kepala Barantin Sahat Panggabean mengatakan ekspor perdana ini merupakan hasil kerja panjang yang melibatkan komitmen dan sumber daya besar dari berbagai pihak. “Ini adalah realisasi ekspor perdana durian beku ke China, yang merupakan wujud dari rangkaian proses panjang yang memakan waktu cukup lama dan membutuhkan penyediaan sumber daya yang tidak sedikit,” ujar Sahat dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (15/12/2025).

Sahat menilai durian Indonesia memiliki cita rasa khas yang sangat diminati konsumen China. Selama ini, pasar durian beku China didominasi oleh Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Indonesia lebih banyak berperan sebagai pemasok bahan baku ke negara-negara tersebut sebelum diolah dan diekspor ulang ke China.

Melihat potensi besar tersebut, Barantin melakukan komunikasi secara government to government (G to G) dengan otoritas karantina China, General Administration of Customs of the People’s Republic of China (GACC). Upaya ini menghasilkan draf protokol ekspor durian beku dari pemerintah China kepada Indonesia.

Koordinasi intensif kemudian dilakukan Barantin bersama Kementerian Pertanian dalam aspek budidaya, serta Badan Pangan Nasional (Bapanas) terkait pembinaan rumah pengemasan pangan segar asal tumbuhan. Proses yang berlangsung hampir dua tahun ini akhirnya berujung pada penandatanganan Protokol Ekspor Durian Beku Indonesia–China oleh Barantin dan GACC pada 25 Mei 2025 di Jakarta.

READ  BI Umumkan Daftar Uang Rupiah yang Dicabut, Bisa Ditukar Hingga 10 Tahun

Plt. Deputi Bidang Karantina Tumbuhan Barantin, Drama Panca Putra, menegaskan aspek ketelusuran atau traceability menjadi syarat utama ekspor durian beku ke China. Ketentuan ini diatur melalui Peraturan Badan Karantina Indonesia Nomor 15 Tahun 2024 tentang Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) dan sarana pendukungnya.

Hingga kini, terdapat delapan rumah pengemasan durian beku yang telah memenuhi persyaratan sebagai IKT dan terdaftar dalam sistem China Import Food Enterprise Registration. Tujuh di antaranya berada di Sulawesi Tengah dan satu berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Sesuai protokol, produk yang dapat diekspor meliputi daging durian, pasta durian, dan durian utuh. Seluruh produk harus berasal dari durian segar dan matang yang ditanam di Indonesia, dibekukan dengan suhu minimal minus 30 derajat Celsius melalui proses pembekuan cepat, serta dipertahankan pada suhu inti minus 18 derajat Celsius atau lebih rendah.

Selain itu, durian beku wajib melalui seleksi manual untuk memastikan bebas dari buah rusak, benda asing, serta cemaran kimia, biologi, dan logam berat. Eksportir juga harus memiliki kebun sendiri atau kemitraan dengan petani terdaftar Good Agricultural Practices (GAP), rumah kemas yang teregistrasi di OKKPD Bapanas, serta ditetapkan sebagai fasilitas ekspor oleh Barantin sebelum direkomendasikan ke GACC.

Berdasarkan data sertifikasi Barantin dalam sistem Best Trust, sepanjang Januari hingga November 2025 Indonesia telah mengekspor durian sebanyak 10.162 ton. Thailand menjadi tujuan utama dengan volume 6.003 ton, disusul China 2.574 ton dan Malaysia 1.532 ton. Negara tujuan lainnya meliputi Hong Kong, Jerman, Jepang, Taiwan, Arab Saudi, hingga Amerika Serikat.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia (Apdurin) Aditya Pradewo menyebut pasar China sebagai peluang besar bagi eksportir durian nasional. Permintaan durian di China diperkirakan mencapai US$8 miliar atau sekitar Rp 128 triliun per tahun. Dengan varietas unggulan seperti Bawor, Super Tembaga, dan Namlung, Indonesia optimistis mampu merebut 5–10 persen pangsa pasar, dengan potensi devisa Rp 6,4 triliun hingga Rp 12,8 triliun per tahun.

READ  Sinyal Komunikasi Tembus Laut Muncar, Nelayan Banyuwangi Kini Bisa Video Call dari Tengah Laut

Sementara itu, pelaku usaha PT Zarafa Ridho Lestari, Muchlido Apriliast, menilai pemberlakuan protokol ekspor langsung ke China memberikan efisiensi signifikan. Sebelumnya, ekspor harus melalui Thailand dengan biaya logistik mencapai US$18.000 per kontainer. Dengan jalur langsung ke China, biaya logistik kini turun menjadi sekitar US$10.000–11.000 per kontainer, atau lebih hemat sekitar US$8.000 per kontainer. (TLJ)