JATIMPLUS.COM – Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tengah berjuang melawan wabah campak yang telah ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Data terbaru menunjukkan lonjakan kasus suspek campak hingga 2.035 dengan 17 kematian, tersebar di 26 kecamatan hingga 17 Agustus 2025.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan pentingnya penanganan cepat dan terkoordinasi. “KLB Campak di Sumenep menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa koordinasi telah dilakukan dengan Dinas Kesehatan Sumenep, Dinas Kesehatan Jatim, dan Kementerian Kesehatan.
Sebagai respons cepat, Kemenkes telah mengirimkan 9.825 botol vaksin MR (Measles and Rubella) ke Sumenep untuk Outbreak Response Immunization (ORI). Selain itu, Pemprov Jatim memberikan pelatihan pembuatan kajian epidemiologi KLB PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) kepada seluruh puskesmas di Sumenep.
Untuk mencegah penyebaran lebih luas, pertemuan koordinasi lintas batas Madura Raya dan Surabaya Raya menghasilkan dokumen kesepakatan penanggulangan KLB PD3I. “Penting melibatkan Surabaya Raya untuk mencegah campak menyebar ke daerah lain. Bersamaan dengan pengamanan ini, kita langsung bergerak cepat memasifkan imunisasi, terutama anak-anak,” kata Khofifah.
Rapat koordinasi terbatas bersama Komite Ahli Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (Komli PD3I) Indonesia, WHO, dan Dinkes Sumenep juga digelar untuk membahas KLB dan rekomendasi penanggulangannya. ORI akan dilakukan di 26 wilayah puskesmas di Sumenep mulai 25 Agustus hingga 14 September, menargetkan anak-anak berusia 9 bulan hingga 6 tahun, tanpa memandang status imunisasi sebelumnya.
Setelah ORI, imunisasi kejar akan dilakukan untuk anak-anak yang belum lengkap imunisasi campak. Gubernur Khofifah menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kesadaran tentang gejala, komplikasi, dan pencegahan campak melalui imunisasi. “Target pelaksanaan ORI ini minimal 95 persen agar anak-anak terlindungi dan nantinya membentuk herd immunity,” tegasnya.
Campak, penyakit yang disebabkan virus dan menular melalui percikan ludah, memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Satu kasus positif dapat menularkan ke 17-18 orang, sehingga penanganan cepat dan komprehensif menjadi krusial untuk mengendalikan wabah ini. (FZL)